PROBOLINGGO, iNewsProbolinggo.id- Sebuah suku di Afrika memiliki cara tidak biasa dalam membangun sebuah rumah, untuk mereka bertempat tinggal. Di mana apabila biasanya rumah dibuat dari semen, batu bata, kayu ataupun bambu. Namun semuanya itu, tidak digunakan oleh mereka.
Mereka yang dikenal Suku Hadza atau Hadzabe tersebut, lebih memilih ranting pohon guna membangun rumah-rumah mereka. Ranting-ranting pohon yang digunakan berasal dari baobab, sisal, dan rumput.
Tanpa besi rumah-rumah itu, bisa dibangun secara kokoh di mana yang dibutuhkan hanyalah tongkat runcing, untuk membuat lubang di tanah. Rumah Suku Hadza memiliki tiga komponen penting, struktur utama cabang besar, bersumber dari semak dan pohon yang tumbuh secara lokal di sekitar tempat tinggal suku ini.
Meskipun mereka sekarang memiliki logam dalam hidup mereka, biasanya diperdagangkan dengan turis atau suku yang berdekatan, Gubuk Hadzabe dapat dibangun tanpa alat besi.
Yang dibutuhkan hanyalah tongkat runcing, untuk membuat lubang pertama di bumi. Gubuk memiliki tiga komponen penting, struktur utama cabang besar, bersumber dari semak dan pohon yang tumbuh secara lokal, Baobab lebih dipilih meskipun ada banyak spesies lainnya yang sesuai.
Suku ini sebagian besar tinggal di Distrik Karatu Barat Daya wilayah Arusha, mereka tinggal di sekitar danau Eyasi di Tanzania, pusat Rift Valley dan di dataran tinggi serengeti yang berdekatan.
Cara untuk membuat rumah mereka, pertama-tama adalah membentuk pola berupa lingkaran di tanah. Kemudian pola tersebut dialiri dengan air agar lebih lunak, barulah kemudian ranting-ranting pohon yang telah disiapkan ditancapkan satu persatu dan diikat per bagian. Mulanya mereka akan membentuk pola setengah lingkaran untuk bagian pintu kemudian diikuti dengan ranting-ranting lainnya sebagai kerangka dindingnya.
Ranting-ranting tersebut masih diikat satu sama lain untuk memperkokoh rangka bangunan. Untuk mengikat ranting tersebut suku Hadza menggunakan daun sisal atau palem yang telah dikeringkan sebelumnya. Setelah rangka dinding selesai, barulah mereka berpindah untuk membuat rangka atap ranting-ranting pohon yang melengkung saling dijalin hingga berbentuk kubah. Pada tahap ini, bagian atap masih diikat lagi agar semakin kokoh.
Setelah bentuk kerangka rumah selesai, barulah ditambahkan rumput atau jerami kering yang disusun mengelilingi kerangka, baik sebagai dinding sekaligus atap rumah. Di tahap terakhir, barulah suku Hadza membuat kerangka tempat tidur yang semuanya juga terbuat dari ranting Baobab, sedangkan pada bagian lantainya dihaluskan menggunakan lumpur.
Dalam proses pembuatan rumah ini, yang membangunnya bukanlah para pria suku Hadza melainkan para wanitanya. Dari proses awal mencari ranting-ranting tersebut, hingga menjalin ranting menjadi kerangka sebuah rumah, semua dilakukan oleh para wanita dan hanya sedikit dibantu oleh pria.
Tentunya tak sendirian, para wanita ini juga dibantu dengan wanita-wanita lainnya untuk menyelesaikan satu bangunan rumah suku nomaden ini.
Sebagai suku pemburu tentunya suku Hadza tinggal secara berpindah-pindah tempat atau nomaden. Saat musim hujan kelompok-kelompok suku ini pindah ke pegunungan tinggi di mana mereka menempati gua. Sedangkan pada musim semi dan panas, mereka akan berpindah setiap enam hingga delapan minggu, dimana mereka berpindah untuk mendapatkan persediaan makanan yang lebih banyak atau mencari tempat berburu baru.
Suku ini tidak memiliki ternak ataupun menanam tanaman, ataupun menyimpan makanan mereka sendiri. Suku Hadza bertahan hidup dengan berburu makanan mereka dengan busur dan anak panah buatan sendiri dan mencari makan berupa tanaman yang bisa dimakan. Pola makan suku Hadza sebagian besar berbasis tumbuhan tetapi juga terdiri dari daging, lemak, dan madu.
Artikel ini telah ditulis sebelumnya, di kanal https://lifestyle.okezone.com/read/2023/01/08/612/2742301/unik-suku-ini-bangun-rumahnya-cuma-pakai-ranting-pohon?page=3
Editor : Ahmad Hilmiddin