JAKARTA, iNews.id - Menentang sanksi Uni Eropa (UE) terhadap energi Rusia, Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban menegaskan bahwa negaranya akan menerima arahan Moskow untuk membayar pasokan gas dalam rubel.
Dikutip dari RT.com, Kamis (7/4/2022), Orban mengatakan bahwa Hongaria tidak akan menyerah pada tekanan dan tidak akan mendukung pembatasan pasokan minyak dan gas dari Rusia. Sebab, tegas dia, hal ini adalah 'garis merah' untuk Hongaria.
Pada 6 April lalu, Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto mengatakan bahwa kontrak gas adalah masalah antara negaranya dan Rusia. Dia juga menegaskan bahwa UE tidak memiliki peran untuk dimainkan dalam kesepakatan itu.
Menurut Orban, negaranya juga tidak akan mengikuti jejak Washington dan bergabung dengan larangan perdagangan energi dengan Rusia. Dia menekankan bahwa hal itu tidak mungkin karena itu akan menjadi beban yang tak tertahankan bagi Hongaria.
Perdana Menteri Orban menunjukkan bahwa 85% dari semua gas yang dikonsumsi di negara itu berasal dari Rusia dan 85% rumah tangga Hongaria menggunakan gas. Dia menambahkan bahwa bahan bakar negara itu diproduksi dari minyak, di mana 64% di antaranya dipasok oleh Rusia.
Negara yang tergabung dalam Uni Eropa (UE) lainnya, Slovakia, menyatakan siap untuk membayar gas alam Rusia dalam rubel jika itu yang diperlukan untuk menjaga agar gas tetap mengalir ke negara tersebut.
"Jika ada syarat untuk membayar dalam rubel, maka kami akan membayar dalam rubel," ditegaskan Menteri Ekonomi Slovakia Richard Sulik.
Dia mengatakan, impor Rusia menyumbang sekitar 85% dari semua pasokan gas Slovakia, sehingga otoritas negara akan tetap pragmatis dalam masalah ini. "Kita tidak bisa terputus dari gas (Rusia)," tandasnya.
Editor : Ahmad Hilmiddin
Artikel Terkait