PROBOLINGGO, iNewsProbolinggo.id - Aksi damai yang digelar puluhan mahasiswa dari Aliansi BEM Probolinggo Raya di depan Gedung DPRD Kota Probolinggo, Senin (1/9/2025), mendadak panas. Orasi yang semula menyuarakan aspirasi mahasiswa berubah jadi sindiran tajam, ketika Koordinator Lapangan, Azam, melontarkan kata-kata pedas kepada awak media.
Dengan suara lantang di hadapan aparat kepolisian dan anggota DPRD, Azam menuding media di Probolinggo telah menyebarkan berita bohong yang membuat masyarakat Kota dan Kabupaten Probolinggo resah.
“Ajakan demo besar-besaran tanggal 3 September itu bukan dari kami! Flyer yang beredar juga bukan buatan kami. Kalau tidak ada logo resmi BEM Probolinggo Raya, jangan disebarkan. Kurang ajar kalian ini!” teriaknya penuh emosi.
Pernyataan itu sontak membuat sejumlah jurnalis yang meliput kaget dan tersinggung. Apalagi, Azam bahkan menuding pemberitaan media telah “menggoreng” isu sehingga gerakan mahasiswa dianggap anarkis.
Namun, tudingan tersebut langsung dibantah keras oleh Hisbullah Huda, perwakilan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Probolinggo Raya. Ia menegaskan, tidak ada media lokal yang pernah menulis atau menyebarkan ajakan aksi massa sebagaimana dituduhkan.
“Tidak ada satupun media di Probolinggo yang menulis itu. Kalau yang dimaksud adalah media sosial, itu berbeda. Jadi jangan salahkan wartawan,” tegasnya dengan nada geram.
Ketegangan sempat meninggi di lokasi aksi. Para jurnalis menuntut klarifikasi langsung dari Azam. Akhirnya, di tengah sorotan banyak pihak, Azam mengaku khilaf dan menyampaikan permintaan maaf kepada awak media yang hadir.
Permintaan maaf tersebut diterima, meski tidak semua jurnalis bisa menutupi rasa kecewanya. Hisbullah menegaskan persoalan dianggap selesai karena mahasiswa sudah menyadari kesalahannya.
“Kalau mereka tidak minta maaf, bisa saja kami bawa ke ranah hukum. Tapi karena sudah ada klarifikasi, ya selesai. Bagaimanapun mereka masih mahasiswa, generasi penerus bangsa,” pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait